Rabu, 29 Oktober 2014

DAERAH WISATA HARUS BEBAS FILARIASIS

Peserta Pertemuan Advokasi dan Sosialisasi Programme Eliminasi Filariasis
Tingkat Kabupaten Sikka di Aula Hendric, Jl. Wairklau, Maumere. Rabu (29/10/2014)
.
Maumere, SATU SIKKA.- Daerah objek pariwisata yang ada di Kabupaten Sikka hendaknya harus bebas dari penyebaran filariasisi yang disebarkan oleh nyamuk. Jika saja ada daerah wisata yang menjadi daerah basis penyebaran filariasis akan menyababkan turunnya kunjungan wisatawan ke lokasi tersebut.

Demikian hal ini diingatkan Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka, dr. Valentinus Sili Tupen, MKM, dalam arahannya ketika membuka Pertemuan Advokasi dan Sosialisasi Programme Eliminasi Filariasis Tingkat Kabupaten Sikka di Aula Hendric, Jl. Wairklau, Maumere. Rabu (29/10/2014).

“penanganan penyebaran filariasis merupakan tanggung jawab kita semua. Penanganan penyebaran filariasis di daerah wisata, merupakan bentuk dukungan kita menyukseskan program kerja Pak Bupati dan Pak Wakil lima tahun kedepan, dimana pariwisata sebagai salah satu program prioritas” jelas Tupen.

Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga memnjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di Seluruh propinsi.

Masalah filariasis merupakan permasalahan yang jarang dibicarakan, namun jika terus dibiarkan akan membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat, terutama generasi muda.

Bedasarkan hasil survey yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sedikitnya terdapat 197 warga Kabupaten Sikka yang menderita filariasis. Antara lain di Desa Lewomada Kecamatan Talibura 33 orang; Desa Pruda Kecamatan Waiblama 23 orang; Desa Darat Gunung Kecamatan Talibura 21 orang; Desa Koja Gete Kec. Alok 13 orang; dan Desa Wairterang Kecamatan Waigete 17 orang.

Dr. Erna Kristaningsi dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan sampai 2014 sebanyak 14.157 orang menderita filariasis kronis tersebar di 34 propinsi dan lebih dari 100 juta penduduk Indonesia yang tersebar di 233 kabupaten / kota endemis filariasis beresiko tertular penyakit ini.

Menghadapi masalah ini,  Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan “The Global Goal of Elimination of Lymphatyc Filariasis as a Public Health Problem by The Year 2020”. Yang ditetapkan pada 2020 dunia harus bebas dari filariasis.

“Untuk itu harus ada komitmen yang tinggi dari DPRD dan Pemerintah Daerah setempat untuk melaksanakan program eliminasi dan perlu adanya dukungan dana operasional pelaksanaan program eliminasi filariasis selama lima tahun berturut – turut.” Jelas Erna.

Khusus Wilayah Indonesia Bagian Timur, telah dilaksanakan pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis pada tahun 2014. POMP dilakukan dengan pertimbangan tingginya prevalensi mikrofilaria.


Hadir pada kegiatan tersebut dari Kecamatan, Kepala Puskesmas, LSM. Pihak RS Swasta dan undangan lainnya. (djo)

0 komentar:

Posting Komentar

JADWAL KEGIATAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SIKKA : * Selasa (26 Januari 2016). Rapat Paripurna di Aula DPRD Kabupaten Sikka. Jam 09.00 WITA.** Rabu (27 Januari 2016) Hadiri Acara Pembukaan Lamun di Patisomba. Jam 09.00 WITA. .-jadwal sewaktu - waktu bisa berubah. Terima Kasih.