Minggu, 30 November 2014

“DRAKULA” di Gua Jepang Wolon Korat

Kelelawar dalam gua peninggalan Jepang
Desa Nita Kloang.
Nita, SATU SIKKA.- Belum lama ini ditemukan enam buah gua peninggalan di Wolon Korat Desa Nita Kloang Kecamatan Nita. Dari enam gua, baru satu yang sudah dibersihkan dari semak- semak dan tanah yang menutup mulut gua. Gua terpanjang yang ada kira-kira 200 meter.

Menurut Aloysius Todang, 80 tahun, gua-gua tersebut merupakan peninggalan Penjajah Jepang. Saat lokasi tersebut dijadikan markas dan tempat berlindung tentara Jepang, tahun 1942, dirinya baru berusia 8 tahun.

“saya lahir tahun 1938, saat Jepang datang dan menjadikan Wolon Klorat ini markas, saya baru berusia delapan tahun, kelas dua SD kala itu. Seluruh areal ini dipakai Jepang, ada enam gua yang mereka jadikan tempat berlindung.” Jelas Todang.

Menurut Todang ada empat jenis gua perlindungan; memanjang, setengah lingkaran, bentuk huruf U dan lubang bulat dengan dalam sekitar 1 meter sebagai tempat perlindungan sekaligus sebagai tempat melakukan serangan balasan terhadap Sekutu. Sedangkan memanjang, dibuat menyerupai saluran irigasi, parit. Namun diatasnya ditutupi dengan semak atau daun kelapa kering agar tidak dilihat musuh dari atas udara.

Sementara yang model U dan setengah lingkaran, menyerupai gua. Didalamnya terdapat beberapa ruang bilik, yang ini menurut Todang sebagai tempat persembunyian.

Aloysius Todang
Dilokasi ini tentara Jepang juga berlatih Raja Tai So, seni bela diri Jepang yang menggunakan kayu atau bila bambu sebagai senjata. Semasa itu, Todang dan teman-teman gemar melihat latihan itu dari balik semak-semak. Walau mereka ramah dan dekat dengan masyarakat sekitar namun sebagai anak-anak mereka takut mendekat.

Disekolah, Todang dan teman-teman juga diajari bahasa Jepang. Hingga kini, Todang masih sangat fasi berbahasa Jepang. Sepeninggal Jepang, gua-gua tersebut dibiarkan terlantar. Tak ada yang mengurus. Dan lama kelamaan gua tersebut menjadi tempat hunian binatang. Salah satunya adalah “drakula” alias nii (kelelawar).

Saat kami masuk, gua Jepang ini tampak gelap. Sesekali terdengar suara “drakula” dan bunyi kepak sayap saat beterbangan. Ketika cahaya senter diarahkan ke salah satu sudut gua, tampak ada ratusan “drakula” bergelantungan dengan tatap mata yang silau oleh cahaya senter.

Ada yang unik dari jenis “drakula” ini, bertubuh kecil, memiliki gigi yang runcing dan warna kulit pada tubuh adalah merah kekuning-kuningan dan sayap berwarna hitam. Saat masuk, binatang malam ini sangat peka terhadap cahaya senter dan blitz kamera foto. Merasa terusik “drakula” beterbangan kesana kemari.

Wolon Korat terletak di ketinggian kira-kira satu kilometer dari permukaan laut, menurut Todang, dari bukit ini Jepang memantau Kota Maumere. Dan disaat malam, jika terjadi peperangan di Maumere, dari sini terlihat cahaya api seperti kembang api.


Peninggalan Jepang ini juga ada dibeberapa desa, salah satunya Desa Watuliwung. Jika diperhatikan secara baik, warisan Tentara Jepang ini bisa dijadikan objek wisata sejarah. (djo)

0 komentar:

Posting Komentar

JADWAL KEGIATAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SIKKA : * Selasa (26 Januari 2016). Rapat Paripurna di Aula DPRD Kabupaten Sikka. Jam 09.00 WITA.** Rabu (27 Januari 2016) Hadiri Acara Pembukaan Lamun di Patisomba. Jam 09.00 WITA. .-jadwal sewaktu - waktu bisa berubah. Terima Kasih.