Wakil Bupati Sikka (tengah) Pimpin Rapat
Pemantauan
Perkembangan Penanganan Erupsi Gunung Api (GA) Rokatenda,
di Aula
Hotel Sylvia Maumere, Senin (24/11/2014) sore.
|
Maumere, SATU SIKKA.- Sebanyatk
371 kepala keluarga atau sekitar 1.429 pengungsi akibat erupsi gunung api
Rokatenda di Kecamatam PaluE, Pulau PaluE yang ada di wilayah Kabupaten Ende
masih memegang KTP dan Kartu Keluarga sebagai Warga Kabupaten Sikka. Terhadap
masalah ini, Pemerintah Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka perlu duduk bersama
untuk memberikan kepastian status kewargaan.
Demikian
hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ende, Ir.H. Muslim Rauf,
pada Rapat Pemantauan Perkembangan Penanganan Erupsi Gunung Api (GA) Rokatenda,
di Aula Hotel Sylvia Maumere, Senin (24/11/2014) sore.
Ditambahkan
Rauf, dengan adanya kepastian kewargaan Korban Erupsi Rokatenda yang ada Ende
akan mempermudah mereka untuk mendapat pelayanan. Dengan demikian, semua
pelayanan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
“1.429
warga PaluE tinggal menyebar di delapan desa. Dan seluruhnya telah menempati
rumah bantuan. Selain status kewargaan, masalah lain yang dihadapi pengungsi adalah
lampu penerangan, MCK dan air bersih.” demikian Rauf.
Di
DesaMagekapa 33 KK (106 jiwa), Desa Niranusa 67 KK (246 jiwa), Desa Mausambi 37
KK (140 jiwa), Desa Aewora 68 KK (269 jiwa), Desa Maurole 3 KK (14 jiwa), Desa Watukamba
1 KK (5 jiwa), Desa Uludala 146 KK (580 jiwa) dan Desa Keliwumbu 16 KK (69
jiwa).
Menanggapi
hal ini, Wakil Bupati Sikka Drs. Paolus Nong Susar mengatakan masalah status kewargaan
Pengungsi PaluE di Ende akan menjadi perhatian dan perlu secepatnya dilakukan
pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Ende dan Pemerintah Kabupaten Sikka.
Sementara
sebuah lembaga kemanusiaan, Rumah Pandai, melalui Ibu Kanaya Tabita menjelaskan
bahwa pihaknya telah mendirikan Kantor Rumah Pandai di Lokasi Pengungsian
Hewuli, Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka. Pembukaan Rumah Pandai di Hewuli
akan berkosentrasi pada masalah pendidikan bagi anak – anak korban pengungsian.
“tujuan
kehadiran Rumah Pandai selain berkosentrasi pada masalah pendidikan juga,
memberikan motivasi dan melatih agar masyarakat mulai hidup mandiri. Sehingga kedepannya
tidak bergantung pada perhatian dan bantuan dari pemerintah maupun lembaga
kemanusian” jelas Kanaya.
Selain
memberikan perhatian dibidang pendidikan, Rumah Pandai juga mengedepankan
masalah kesehatan pengungsi. Kepada pemerintah,
Kanaya berharap agar pemerintah menyewakan lahan kepada rumah pandai agar
kegiatan pendidikan dan pelatihan dapat berjalan dengan baik. Sebab, Rumah
Pandai juga akan memberikan pelatihan pertanian dan pengolahan lahan pertanian
dengan biogas.
Hadir
pada kegiatan tersebut Direktur Penanganan Pengungsi dari Kedeputian Penanganan
Darurat BNPB Jakarta, Ir. Taufik Kartiko MSi, Pihak Diretorat Jenderal
Cipta Karya Pekerjaan Umum. Direktorat Rumah Pandai, Dompet DHUAFA, dan Kepala Pelaksana
BPBD Sikka Sylvanus M. Tibo, SH. Msi. serta undangan lainnya.(djo)
0 komentar:
Posting Komentar