Satu dari 20 Peserta FSB Sikka 2014 foto : satusikka/marthenrudy |
Maumere, SATU SIKKA._ Sikka sangat kaya dengan budaya,
nilai – nilai dan norma adat istiadat. Budaya sendiri hendaknya jangan
dilupakan. Melupakan budaya sendiri akan membuka ruang bagi kita untuk
menyimpang dari nilai dan norma hidup berbudaya yang sebenarnya.
Demikian hal ini disampaikan
Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera, dalam sambutannya pada Pembukaan Festival
Seni Budaya (FSB) Sikka 2014, di Lapangan Umum Kota Baru Maumere, Jumad
(12/09/2013) sore. Pentas Festival Seni Budaya mengangkat tema” Melalui karya seni kreatif terciptalah
persatuan untuk kbersamaan masyarakat bahagia dan sejeterah menuju satu sikka
yang mandiri.
Selain
sebagai ajang silaturahmi dan kebersamaan, Festival Seni Budaya Sikka memilik
makna penting dan merupakan wadah apresiasi budaya, adat – istiadat serta nilai
yang tinggi. Semuanya demi membangun Sikka menuju Satu Sikka yang Mandiri dan
Sejahtera.
“kita
menyadari bahwa pembangunan suatu bangsa yang mengabaikan budayanya sendiri, akan melemahkan sendi – sendi
kehidupan bangsa itu sendiri. Karena itulah, kita harus bertekad membangun masa
depan kita yang kuat berpijak atas kepribadian kita sendiri dan tumbuh diatas
nilai – nilai budaya kiya sendiri” Ujar Ansar.
Event
ini berlangsung sangat pas dimasa sekarang, sebab budaya kita sedang dalam
ancaman dari budaya asing. Oleh karena itu, mari kita terus tingkatkan dan
lestarikan.
Festival
budaya ini penting diselenggarakan, demi mewujudnyatakan pendidikan karakter
terhadap anak yang mengedepankan nilai – nilai kebudayaan kita untuk mengubah
perilaku dan tindak tanduk kaum muda agar sesuai dengan tatanan dan tata krama
budaya kita.
Ansar
Rera juga memberikan apresiasi kepada Paguyuban Bali dan Orang Timor yang sudah
ambil bagian dan pentas seni budaya sikka. Sembari mengajak peguyuban –
peguyuban yang ada di Nian Sikka untuk ikut bersama dalam persaudaraan
membangun Nian Sikka.
“
Jadikan Sikka sebagai rumah sendiri dan menjadi tuan rumah bagi wisatawan asing
yang datang. Kehadiran kelompok seni dari luar Sikka telah menambah kekayaan
budaya di Sikka. Dengan tetap menjaga persaudaraan dan kerukunan, mari kita
bersama – sama membangun Nian Sikka dengan nilai – nilai budaya yang kita
punya” ajak Ansar.
Sementara
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka Wihelmus Sirilus, S.Sos,MSi dalam
laporan menjelaskan kesenian sebagai sala satu unsur kebudayaan hidup dan
berkembang hampir diseluruh etnis wilayah Kabupaten Sikka. Tidak ada bangsa
hidup tanpa kesenian dan landasan budaya agraris kesenian lain sebagai
pelengkap dalam upacara ritus dan kegiatan sosial culture sebagai ungkapan ekspresi total untuk
keperluan hiburan bukan merupakan suatu kebutuhan mendasar.
Menurut
Sirylus Dalam tata kehidupan seperti itu rasa dan kebersamaan merupakan wujud
sentral keterlibatan masyarakat menjadi fital, kesenian diciptakan atas dasar
semangat kebersamaan, kerja sama dan rasa pengapdian maka kesenian menjadi
sebuah peristiwa dan ekspresi komunal yang multi fungsi.
Karena
itu kesenian di Kabupaten Sikka bukan kesenian merupakan sebuah pelengkap
seni yang fungsi sebagai ungapan doa
ritus dalam upacara tapi lebih dari pada itu kesenian untuk ditonton dalam
sebuah pertunjukan.
Kegiata
ini diikuti dua puluh sanggar seni dan budaya yang ada di Sikka. Yaitu Paduan
Suara Espransa, Paduan Suara Gita Smater Choir, Sanggar Bunga Nukak Pogon,
Sanggar Sina Kayu Rangka Desa Gunung Sari, Sangar Dopo Hanggong Munerana,
Sanggar Lunung Kunung, Sanggar Rudun Blutuk Lero Bekor, Sanggar La Malino Desa
Kojadoi, Sanggar Sora Todang, Sanggar Bunga Kelan, Sanggar Suka Maju, Sanggar
Sadang Bui, Sanggar Doka Tawa Tana, Paduan Suara Esperansa, Sanggar Sudan Sogor
Desa Ian Tena, Sanggar Hogor Hini, MTS (Kasidah), Sanggar Puat Tawa Tana Desa
Heo, Kelompok Seni Rupa, Sanggar SMAK ST. Gabriel, Sanggar Watu Jajin Desa
Aibura.
0 komentar:
Posting Komentar