Institut Teknonogi
Bandung (ITB) bekerja sama dengan Caritas Keuskupan Maumere dan KARINA KWI
menggelar riset proyeksi Iklim di Kabupaten Sikka. Adapun tujuan kegiatan ini
adalah mendukung pertanian di Sikka terutana dalam hal menentukan masa tanam di
ladang, 5 tahun ke depan, mulai 2014 hingga Desember 2018.
Demikian hal
ini disampaikan Direktur PSE Caritas Keuskupan Maumere, Rm Kanis Mbani Pr,
dalam Workshop Pengembangan Model Proyeksi Ikiliin Untuk Penentuan Masa Tanam
dan Potensi Bencana Terkait Iklim di Kabupaten Sikka, di Aula Hotel Sylvia
Maumere, Senin (01/09/2014) lalu.
Dijelaskan Rm Kanis, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki
keragaman iklim yang tinggi di setiap daerahnya. Kabupaten Sikka merupakan
salah satu wilayah Indonesia bagian timur yang beriklim kering.
“Musim hujan di Sikka lebih singkat, diperparah lagi dengan selalu ada
perubahan pola curah hujan. Oleh karena itu, ini akan mempersulit para petani
dalam menentukan kapan waktu mulai menanam dengan tepat, baik untuk tanam padi
sawah, ladang, maupun perkebunan.” tambah Rm. Kanis
Selain masalah kegagalan tanam, para petani dan masyarakat lainnya di
Kabupaten Sikka pun dihadapkan pada bencana-bencana terkait iklim, diantaranya
banjir, longsor, penyebaran hama, penyebaran penyakit, angin kencang,
kekeringan, dan kenaikan muka laut. Bencana-bencana tersebut sangat merugikan
terutama bagi petani. Yang mana dapat menurunkan produktivitas pertanian di
Kabupaten Sikka.
Tak
hanya itu, tujuan riset, dilakukan di 22 Desa di Kabupaten Sikka, yang
dilakukan Karina KWI bekerjasama dengan Caritas
Keuskupan Maumere dan Laboratorium Meteorologi
Terapan, Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Pemerintah Kabupaten Sikka
untuk memberikan jawaban untuk menyediakan informasi perkiraan pola curah hujan
bagi petani.
Kajian
ini adalah untuk membantu para petani di Kabupaten Sikka dalam menentukan masa
tanam ke depan secara tepat berdasarkan prediksi curah hujan yang dihasilkan.
Selain itu, penelitian ini yang juga menghasilkan potensi bencana terkait iklim
akan dapat digunakan bagi para stakeholder untuk merencanakan pembangunan yang
disesuaikan dengan proyeksi potensi bencana terkait iklim tersebut.
“Hasil
dari kajian pengembangan model iklim ini secara menyeluruh diharapkan akan
dapat menjadi acuan serta dapat diterapkan di wilayah Kabupaten Sikka,
khususnya untuk kegiatan di sektor pertanian.” Demikian harap Rm. Kanis.
Sementara
itu, Bupati Sikka Drs. Yoseph Ansar Rera, dalam sambutannya sebelum membuka
workshop ini, menuturkan bahwa kegiatan ini sangat baik dan bermanfaat bagi
masyarakat Sikka yang sebagian besarnya adalah petani.
“selama
ini kita mengalami gagal panen, semoga dengan adanya riset dari ITB ini mampu
memberi jawaban sehingga dapat mengurangi resiko gagal panen” harap Ansar.
Pemerintah
tentunya sangat berterima kasih kepada KARINA KWI, Caritas Keuskupan Maumere,
sebab lima tahun kedepan pemerintah salah program prioritas adalaha ketahanan
pangan.
Harapan
lain dari pemerintah adalah kdepan perlu ada pengembangan pola tanam di musim
kering, hal ini penting guna mengurangi rawan pangan di Kabupaten Sikka.
Kepala Lab. Meteorologi Terapan ITB
Dr. Armi Susandi, MT. Dalam penjelasannya mengakui bahwa Kabupaten Sikka dan
beberapa wilayah di NTT sangat rendah curah hujan.
“ parahnya
lagi, curah hujan Sikka ini sangat tidak menentu, ini akan mempersulit bagi
petani untuk menentukan masa tanam dengan tepat “ jelas Armi.
Menurutnya,
curah hujan juga ditentukan beberapa hal. Antara lain arah angin dan gaya tarik
bumi serta posisi bulan dan matahari. Dari foto satelit yang ada, terlihat tak
satu pun awan yang bergerak diatas Pulau Flores.
“ Tidak
tentunya musim hujan, berdampak pada hasil tanam. Yang unik di Sikka adalah
hujan akan terjadi cukup baik tapi disertai angin kencang, ini mala akan
terjadi gagal panen karena tanam dirusak angin. Dan curah hujan cukup hanya
terjadi di Wilayah Talibura bagian timur “ papar Armi.
Sehingga
untuk suksesnya riset ini tentunya dibutuhkan laporan dan data dari masyarakat
dan pihak terkait. Termasuk laporan soal bencana yang terjadi saat ini. Tidak
mudah memang dalam mentukan putusan waktu tepat bertanam dan membutuhkan waktu
serta kerja sama kita semua.
Hadir pada
kesempatan tersebut, Pimpinan SKPD, Kepala Desa, Para Patani dan Undangan
lainnya.***
0 komentar:
Posting Komentar